Dua lembaga PBB dan mitra meluncurkan program untuk mengubah pola konsumsi masyarakat dunia demi mengurangi limbah pangan dan makanan yang terbuang.
Program Lingkungan PBB (UNEP), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) beserta mitra meluncurkan kampanye “Think.Eat.Save. Reduce Your Foodprint”, di Jenewa, Swiss, Selasa
(22/1) guna mendukung SAVE FOOD Initiative yang digalang oleh FAO
beserta Messe Düsseldorf dan Zero Hunger Initiatives, inisiatif dari
Sekretaris Jenderal PBB.
Program “Think.Eat.Save. Reduce Your Foodprint” ini ditujukan untuk
mengurangi limbah pangan dan makanan yang terbuang di semua rantai
makanan mulai dari produksi hingga konsumsi.
Kampanye ini secara khusus menargetkan pengurangan limbah makanan
oleh konsumen, peritel dan industri. Menurut UNEP dan FAO, dengan aksi
yang sederhana, konsumen, peritel dan industri bisa mengurangi 1,3
miliar ton pangan yang terbuang setiap tahun dan membantu dunia memenuhi
kebutuhan pangan penduduknya.
Menurut data FAO, sepertiga pangan yang sudah diproduksi masyarakat
dunia hilang atau terbuang setiap tahun dengan kerugian mencapai US$1
triliun. Hilangnya pangan ini sebagian besar terjadi pada tahap produksi
– pada saat memanen dan distribusi – sementara limbah pangan terjadi di
tingkat peritel dan konsumen akhir.
“Populasi dunia saat ini mencapai tujuh miliar orang dan akan tumbuh
menjadi 9 miliar pada 2050. Membuang makanan sama sekali tidak etis baik
dari sisi lingkungan maupun ekonomi,” ujar Direktur Eksekutif UNEP,
Achim Steiner.
“Dana, lahan, air, pupuk dan tenaga, terbuang percuma untuk
memroduksi pangan yang kemudian disia-siakan. Belum lagi faktor emisi
gas rumah kaca yang dihasilkan saat makanan membusuk di tempat
pembuangan sampah dan dari transportasi pangan,” tambahnya. “Kita perlu
mengubah cara kita memroduksi dan mengonsumsi sumber daya alam agar
tercipta masa depan yang berkelanjutan.”
“Di negara maju, hampir separuh dari total pangan yang telah
diproduksi terbuang. Jumlahnya sekitar 300 juta ton per tahun, yang
terjadi karena produsen, peritel dan konsumen membuang makanan yang
seharusnya masih layak dikonsumsi,” ujar José Graziano da Silva,
Direktur Jenderal FAO. “Jumlah makanan yang terbuang ini setara dengan
produksi pangan di wilayah Afrika Sub-Sahara dan bisa digunakan untuk
memasok pangan ke 870 juta penduduk dunia yang saat ini masih
kelaparan.”
Limbah makanan dan makanan yang terbuang bisa dikurangi dengan
memerbaiki cara panen, transportasi, metode pemasaran dan perubahan pola
konsumsi masyarakat. “Sehingga kita bisa mewujudkan dunia yang lebih
sehat, bebas dari kelaparan,” ujar Graziano da Silva.
Sistem pangan dunia memiliki implikasi yang sangat besar terhadap
lingkungan. Meningkatkan produktifitas pangan hanya akan memerparah
kerusakan alam. Lebih dari 20% dari semua lahan pertanian, 30% wilayah
hutan, termasuk 10% padang rumput telah mengalami kerusakan untuk
memroduksi pangan.
Sistem pangan juga menguras 9% sumber air bersih, sebanyak 70%
digunakan untuk irigasi pertanian. Dan alih guna lahan melalui
deforestasi menyumbang lebih dari 30% emisi gas rumah kaca global.
Sistem pertanian pangan juga menggunakan 30% energi dunia.
Eksploitasi dan buruknya pengelolaan perikanan mengurangi kelestarian
sumber daya perikanan global. Lebih dari 30% ikan laut telah
dieksploitasi secara berlebihan.
Sementara menurut data FAO, 95% pangan yang terbuang di negara
berkembang terjadi secara tidak sengaja, akibat kurangnya keahlian
teknis dan pengelolaan pangan termasuk dalam penyimpanan, pendinginan,
mengatasi dampak iklim, infrastruktur, kemasan dan sistem pemasaran.
Di negara maju, limbah makanan terjadi akibat praktik yang tidak
efisien, standar kualitas yang hanya mementingkan tampilan makanan,
kebingungan membaca label makanan, hingga belanja dan memersiapkan
makanan secara berlebihan.
Konsumen di Eropa dan Amerika Utara membuang makanan sebanyak 95 –
115 kg per tahun, sementara penduduk di wilayah Afrika Sub-Sahara, Asia
Selatan dan Asia tenggara membuang “hanya” 6 hingga 11 kg pangan per
tahun.
sumber: http://www.hijauku.com
sumber: http://www.hijauku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar