Gedung baru Universitas Negeri Makassar diberi naman Menara Phinisi
Universitas Negeri Makassar (UNM). Gedung ini mengambil konsep Perahu
Pimisi, perahu khas Bugis – Makassar yang sejak dahulu kala perahu
pinisi ini tangguh dalam mengarungi samudra. Itulah sebabnya bangsa
Bugis – Makassar Terkenal sebagai Pelaut ulung. Bangsa ini mempunyai
semboyan “Takunjungan Bangung Turu’. Naku Gunciri Gulingku. Kualleanna Tallanga Natoalia” yang artinya “sekali layar terkembang, pantang biduk surut kepantai”.
Faktor kesejarahan leluluhur Bugis – Makassar yang mengilhami pembangunan gedung atau menara pinisi yang berlantai 17.
Gedung ini terletak di Kampus Universitas Negeri (UNM) Makassar, Jl Andi Pangerang Pettarani. Menara Phinisi juga disebut gedung Tellu Cappa (tiga Puncak). Konsep dasar gedung ini
didesain sebagai ikon baru bagi UNM, kota Makassar dan sekaligus
Sulawesi Selatan.
Eksplorasi desain gedung ini
mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai sumber inspirasi,
yaitu makna Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah hidup
masyarakat Sulawesi Selatan (Sulapa Eppa/empat persegi), dan maha karya
perahu pinisi sebagai simbol kejayaan, kebanggaan, dan keagungan.
Konsep perencangan Menara Phinisi sendiri berasal dari sayembara untuk umum itu berlangsung 17 Nopember hingga 27 Desember
2008. Sedangkan, pengumuman pemenang dilakukan 13 Januari 2009.
Setelah melalui beberapa tahapan penilaian oleh dewan juri yang
beranggotakan Prof Sofyan Salam MA PhD, Prof Dr Arismunandar MPd, Prof
Dr Ananto Yudono MEng IAI, Ir Heru Winarno MT, dan Ir Muaz Yahya IAI,
memutuskan desain Menara Pinisi karya Yu Sing dkk keluar sebagai juara I
dan berhak membawa pulang hadiah Rp 40 juta. Desain Menara Phinisi karya Yu Sing dkk memperlihatkan gedung tinggi pertama
di Indonesia dengan sistem fasade Hiperbolic Paraboloid. Bangunan ini
sebagai perwujudan dari serangkaian makna, fungsi, dan aplikasi
teknologi yang ditransformasikan ke dalam sosok arsitektur. Kemudian peringkat II dengan hadiah
Rp 20 juta diraih Jimmy Purba dengan karya Laut Biru, sedangkan
pemenang III adalah M Ridha dengan karya Jogker mendapatkan Rp 10 juta.
Gedung ini mulai dibangun tahun 2009 dan masih
berlangsung hingga sekarang, dan pada tahun 2013 ini sudah rampung.
Berikut beberapa Foto dari menara Phinisi UNM Makassar:
Demikianlah pembangunan Menara Phinisi UNM Makassar sampai saat ini,tapi kalau bisa dibandingkan dari konsep kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), maka gambar perencanaan Gedung
Pusat Pelayanan Akademik Universitas Negeri Makassar seperti gambar di bawh ini.
Konsep Dasar
Gedung Pusat Pelayanan Akademik (GPPA) didesain sebagai ikon baru
bagi UNM, kota Makassar dan sekaligus Sulawesi Selatan (Sulsel).
Eksplorasi desain gedung ini mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal
sebagai sumber inspirasi, yaitu makna Logo UNM, Rumah Tradisional
Makassar, falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan (Sulapa Eppa/empat
persegi), dan maha karya perahu pinisi sebagai simbol kejayaan,
kebanggaan, dan keagungan. Serangkaian eksekusi bentuk dan detail-detail
solusi desain yang bersumber pada kearifan lokal, dipercaya mampu
membentuk lingkungan kampus masa kini yang berkelas internasional.
GPPA UNM menjadi gedung tinggi pertama di Indonesia dengan sistem fasade Hiperbolic Paraboloid, yang merupakan
ekspresi futuristik dari aplikasi kecanggihan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bangunan ini sebagai perwujudan dari serangkaian makna,
fungsi, dan aplikasi teknologi yang ditransformasikan ke dalam sosok
arsitektur. Kekayaan makna tersebut akan meningkatkan nilai arsitektur
GPPA UNM menjadi lebih dari sekedar sosok estetis, tetapi juga memiliki
keagungan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Seperti pada rumah tradisional Makassar yang terdiri dari 3 bagian (kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga terdiri dari 3 bagian.
Pertama, bagian bawah berupa kolong/panggung. Bagian ini posisinya
terletak sekitar 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih
megah dari lingkungan sekitar. Lantai kolong ini didesain menyatu dengan
lansekap yang didesain miring sampai ke pedestrian keliling lahan.
Kedua, bagian badan berupa podium, terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3
bagian badan pada Rumah Tradisional Makassar (bagian depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang ritenggah, dan ruang belakang/Lontang rilaleng).
Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan
air. Ketiga, bagian kepala berupa menara, terdiri dari 12 lantai yang
merupakan metafora dari layar perahu pinisi dan juga bermakna ganda
sebagai simbol dari angin dan api.
Kaki
Bangunan kaki terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian landasan dan
kolong. Bagian landasan merupakan 1 lantai semi besmen yang berfungsi
sebagai area parkir dan servis. Bagian landasan ini didesain seolah-olah
terletak di bawah lansekap yang ditinggikan sampai sekitar 2 meter,
membentuk pagar alami sekeliling lahan. Seluruh lahan di sekeliling
bangunan difungsikan sebagai hutan universitas. Di depan landasan bagian
Barat terdapat danau buatan yang cukup luas berbentuk segitiga dengan
kolam-kolam yang berundak mengalir ke arah kolam. Danau buatan ini
berfungsi sebagai kolam penyaringan alami dari air hujan dan air kotor
bekas pakai yang akan digunakan kembali sebagai sumber air bersih untuk
penyiraman toilet dan taman.
Bagian kolong merupakan ruang terbuka di bawah podium sebagai ruang
sosialisasi bersama. Ketinggiannya 1,5 kali ketinggian lantai lainnya
untuk memberikan kesan luas dan lega. Di lantai ini terdapat fungsi
kantin kampus yang sifatnya semi terbuka. Bagian landasan yang menghadap
ke arah kampus eksisting didesain sebagai amphitheater dengan
tangga-tangga sebagai tempat duduk di sepanjang sisi Timur bangunan.
Badan
Bangunan podium memiliki denah yang berbentuk trapesium dengan sisi
miringnya menghadap ke jalan utama pada sisi Barat. Bangunan yang miring
merupakan respon terhadap sudut lahan dan juga sebagai strategi untuk
memperpanjang fasad bangunan serta sebagai kontrol visual dari luar
bangunan. Orang di luar lahan akan selalu melihat bangunan secara
perspektif untuk meningkatkan kualitas visual ruang kota.
Dalam proses desain, bangunan podium dibelah menjadi 4 bagian sesuai
dengan simbol falsafah hidup masyarakat Sulsel yang terdiri dari empat
persegi (makna 4 unsur/kesadaran manusia akan diberikan metafora ke
dalam bagian bangunan yang lainnya).
Bangunan terbelah menjadi 4 bagian (yang terinspirasi dari deretan
perahu pinisi di pinggir pantai) menciptakan lorong angin dan jalur
masuk bagi cahaya matahari ke dalam seluruh ruang dalam podium. Tepat di
tengah sumbu axis bagian belakang bangunan menara, terdapat void
kosong berbentuk elips yang memotong bangunan podium. Di bagian paling
bawah void berfungsi sebagai kolam air mancur yang selalu bergemericik
dengan ramp yang mengelilingi void. Void kosong di bagian
tengah merupakan metafora dari lingkaran berwarna terang di pusat logo
UNM, yang dijelaskan sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau kesenian. Di puncaknya terdapat exhaust turbine untuk
mengalirkan uap kolam sebagai elemen pendinginan suhu bangunan,
merupakan yang metafora 3 layar segitiga yang menghadap ke arah void.
Bangunan podium juga merupakan metafora dari unsur tanah dan air.
Dinding bangunan podium berupa kaca reflektor sinar matahari yang
berwarna kecoklatan seperti warna tanah, dengan sirip-sirip penahan
matahari yang terbuat dari stainless steel yang memantulkan cahaya seperti air. Sirip-sirip ini juga didesain sebagai bagian dari façade bangunan dengan pola ombak.
Kepala
Bangunan menara memiliki denah berbentuk trapesium simetris, dengan façade pada kedua sisi miringnya (sisi Utara dan Selatan) menggunakan sistem struktur hiperbolic paraboloid. Façade menara mengalami rotasi secara ritmik membentuk ekspresi bangunan yang dinamis. Dengan menggunakan sistem ini, façade menara merupakan metafora dari layar utama perahu pinisi.
Kanopi-kanopi horizontal pada façade sisi Utara dan Selatan ini dapat juga berfungsi sebagai photovoltaic untuk merubah energi matahari menjadi energi listrik. Pada façade
sisi Barat dan Timur menara terdapat dinding ornamen 3 dimensi yang
terbentuk dari rangkaian bidang-bidang segitiga, sebagai penahan
matahari.
Bentuk bangunan menara menjadi semakin atraktif karena memiliki
bentuk visual yang berlainan bila dilihat dari sudut pandang yang
berbeda. Pada puncak menara terdapat rangkaian pipa yang berirama yang
dapat difungsikan juga sebagai menara telekomunikasi. Bangunan menara
juga merupakan metafora dari unsur angin dan api. Façade layar mewakili
unsur angin, sedangkan puncak menara merupakan penyederhanaan dari
bentuk lidah api.
Hemat Energi
Panggung, lorong angin, kolam, danau buatan, taman atap (di atas
podium), hutan universitas dan ventilasi silang bangunan merupakan
serangkaian sistem yang bekerja untuk mendinginkan suhu di sekitar
bangunan, serta memberikan kesejukan dan ketenangan.
Danau buatan berfungsi sebagai sistem penyaringan air kotor dan air
hujan untuk digunakan kembali. Bangunan yang terbelah-belah memungkinkan
cahaya alami dapat menerangi semua ruang dalam. Sirip-sirip secondary skin dan kaca reflektor matahari mengurangi radiasi panas matahari langsung.
Kanopi-kanopi photovoltaic (pada façade samping
menara) dan kincir angin vertikal (pada taman atap podium) sebagai
sumber energi listrik berkelanjutan. Saat ini sudah ada teknologi photovoltaic
yang dapat langsung digunakan sebagai energi pendingin ruangan/AC tanpa
melalui konversi menjadi energi listrik. Dengan demikian, tidak akan
ada energi yang terbuang di dalam proses konversi energi.
Ramah Lingkungan
Lansekap GPPA UNM didesain seoptimal mungkin untuk mendukung proses
belajar dan sosialisasi antar penghuni kampus yang nyaman. Seluruh lahan
di sekeliling bangunan dimanfaatkan sebagai lansekap. Berbagai elemen
lansekap yang utama adalah pertama, hutan kampus di sekeliling bangunan
GPPA UNM. Hutan dengan berbagai pohon peneduh, berfungsi sebagai
penyaring debu dan kebisingan suara dari jalan dan lingkungan sekitar,
sumber penghasil oksigen dan penyerap polutan, pembentuk ekosistem baru
bagi berbagai burung, kupu-kupu, atau serangga lainnya dan pagar
pembatas alami antara jalan/orang luar dengan bangunan/ penghuni kampus.
Kedua, pemisahan antara jalur kendaraan dengan jalur pejalan kaki. Parkir dan drop off
kendaraan diletakkan pada lantai semi besmen, jalan penghubung antara
kampus eksisting dengan GPPA UNM dialihfungsikan menjadi jalur
pedestrian dengan pohon-pohon peneduh di kiri-kanannya. Ketiga, danau
buatan dan kolam elips. Danau buatan dan kolam elips di antara bangunan
yang menimbulkan suara gemericik air sebagai elemen meditatif. Keempat,
ruang terbuka bersama. Ruang di bawah podium sebagai ruang terbuka
bersama yang dilengkapi dengan kantin kampus, berbagai tempat duduk,
tempat belajar, dan fasilitas hot spot. Kelima, teater terbuka. Amphitheatre sebagai penghubung antara ruang terbuka bersama dengan kampus eksisting. Amphitheatre
ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk melakukan berbagai
pertunjukkan seni dan budaya atau acara informal lainnya. Keenam, taman
atap. Taman di atas atap podium sebagai ruang meditasi dan sumber
inspirasi, yang juga turut membantu mengurangi dampak pemanasan global
dengan mengembalikannya sebagai ruang hijau.
SUMBER: http://buildingindonesia.biz
http://www.pustakasekolah.com