Senin, 28 Januari 2013

FOTO-FOTO KUNAK ( TAHUN 1909 ) SAMPAI SEKARANG

Berikut adalah dua foto kawasan perairan daerah Kunak dan beberapa gugusan Pulau di sekitarnya yang dirakam lebih 100 tahun yang lalu.
Pada pendapat penulis, barangkali hanya ini sahaja foto yang terawal yang pernah dirakamkan oleh pihak North Borneo Chartered Company pada ketika itu, ini disebabkan adalah agak mustahil foto-foto lain dapat dirakamkan kerana kawasan darat Kunak pada ketika itu masih diliputi oleh hutan belantara yang tebal dan potensinya sebagai tapak pertanian yang subur juga belum dihidu oleh mereka.

Mostyn (nama Kunak dulu) hanya diterokai bermula tahun 1930an untuk tujuan tanaman Tembakau.
Sumber : The National Archive , UK.



Terbahagi kepada tiga buah perkampungan yang utama iaitu Kg. Kunak Jaya Laut, Kg. Sri Bayu dan Kg. Buang Sayang. Kini kawasan Kampung Kunak Jaya mengalami pembangunan yang amat pesat dek kerana menjadi tumpuan industri Minyak Sawit, Perkayuan dan Rumpai Laut.

Disamping itu juga kawasan pesisir pantai juga menjadi pusat penternakan ikan yang utama disamping sebuah kawasan pantai yang amat digemari oleh masyarakat setempat untuk berkelah, iaitu Pantai Buang Sayang.

P/S : orang Kunak Jaya kasih tambah info ya......



Sumber Photo : Jabatan Perancangan Bandar dan Wilayah (Sabah)

Ini adalah photo pesisiran pantai yang utama di Daerah Kunak, Sabah. Photo ini telah diambil dari udara oleh sekumpulan penyelidik dari Jabatan Perancangan Bandar dan wilayah negeri Sabah pada tahun 2005 yang lalu.


P/S : Carik kamu mana rumah si uyung......
Pagi minggu pigi manyallam rombengan


Singgah sebentar di tepi jalan menjahit kasut


Mamakku pesan jangan lupa beli sayur sama Panggik kayu buat tompek


Dairek pigi beli mee tauhu tullul sambil bejalan makan aiskrim si angkol


Oh Daerahku aromamu amat ku rinduai....



Para nelayan yang baru sampai dari laut sedang memunggah hasil tangkapan di Jeti pendaratan ikan Kg. Pangkalan Kunak. Dengan kepelbagaian hasil tangkapan yang diraih, sudah cukup menggambarkan bahawa perairan Daerah Kunak sememangnya kaya dengan sumber hidupan marin.


P/S : Saya dengan ini mengucapkan selamat Hari Raya Aidilfitri maaf zahir batin kepada semua pengunjung semuakunak.blogspot.com walau dimana pun anda beraada......
Pandangan dari udara sebelah tenggara



Pandangan dari udara sebelah selatan Kg. Pangi


Credit to Photographer : Musli Sappan





Water Village children enjoying an evening dips @ Kampung Bagiang Kunak with a cargo ship at the background.


High Tide at Kampung Bagiang Water Village, Kunak.

CREDIT TO PHOTOGRAPHER : DAVID NG
Simpang ke Ladang Giram

Giram Estate adalah antara ladang pertanian yang terawal dibuka di kawasan Daerah Kunak. Majoritinya dihuni oleh masyarakat suku kaum Kokos dan Bugis yang semamangnya suda diketahui umum sebagai nadi utama penggerak kepada sektor perladangan di kawasan ini.

Menurut kakak saya arwah Bapak juga pernah bekerja di Ladang Giram seawal tahun 70an tetapi tidak lama mungkin bapak lebih tertarik dengan sektor pembalakan barangkalinya.

Mungkin banyak kisah sejarah yang ada di kawasan ini bermula pada penubuhannya hinggalah sekarang yang mungkin orang seperti saya dan anak-anak jati Ladang Giram teringin sangat mengetahuinya, cuma mungkin kurangnya sumber rujukan yang boleh diperolehi.

Seperti siapa individu yang bertanggungjawab membuka dan memberi nama 'Giram' keatas ladang ini ?. Bangunan-bangunan setengah abad juga dikhabarkan masih terdapat di beberapa tempat di kawasan ini, tetapi maklumat mengenainya agak kurang diketahui umum dan harapannya ada diantara pengunjung blog ini diluar sana yang mungkin ada kisah yang menarik yang boleh kita kongsikan disini buat tatapan sejarah dimasa hadapan.

Peniaga Kuih Muih di Lok Santul di tengah Kampung Pangkalan

Peniaga Kuih Muih dekat Pasar Sayur di Kampung Pangkalan
Peniaga Kuih Muih di Pasar Malam di tepi dewan masyarakat Kunak
Peniaga Kuih Muih di perkarangan kedai papan sementara

P/S : Kalau di Kunak...jangan 'termis' datang ke gerai-gerai ini...dijamin anda pasti puas hati...!



Kedai Bharu adalah pusat perekonomian yang utama di daerah Kunak. Dulunya sebelum kewujudan pekan kecil ini, semua masyarakat di sekitarnya hanya bertumpu di kawasan persisir pantai timur pekan ini atau lebih dikenali sebagai 'Pangkalan Mostyn' bagi mendapatkan barangan keperluan harian atau untuk mendapatkan kemudahan pengangkutan ke Lahad Datu atau Semporna.

Hanya pada penghujung tahun 1960-an barulah Kedai Bharu mula diwujukan apabila Kunak dinaik taraf menjadi Daerah Kecil dibawah seliaan Majlis Daerah Lahad Datu (MDLD).

Kini suasana Kedai Bharu tidak banyak yang berubah sejak sedekad yang lalu, cuma mungkin beberapa kemudahan awam telah dipertingkatkan oleh pihak PBT, manakala yang lain tetap sama walaupun kepesatan pembangunan jiran disebelah sedang giat kedengaran.

Mungkin pihak yang bertanggungjawab harus memikirkan sesuatu untuk cuba menarik lebih banyak peluang yang ada agar Kedai Bharu tidak terus jauh ketinggalan berbanding jiran terdekatnya. 
 
SUMBER: http://semuakunak.blogspot.com
 
 
 
SUMBER: 

Sejarah Perang Bone (1824-1905)

EKSPEDISI I  (1824)

Pasukan Belanda sedang menyerbu Bone.
Setelah jatuhnya Kesultanan Gowa, Kesultanan Bone menjadi yang terkuat di seantero Sulawesi; sejak awal telah merdeka dan menyebarkan pengaruh ke seluruh negeri di Sulawesi; Kesultanan Luwu dan sejumlah negara kecil lain bersekutu dengan Bone, begitupun Kesultanan Soppeng. Setelah peralihan kekuasaan dari Inggris ke Belanda, suasana masih tetap damai, namun setelah Sultan Bone meninggal pada tahun 1823, dan digantikan oleh saudarinya Aru Datu (bergelar I-Maneng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat ud-din), pemerintah kesultanan mencoba merevisi Perjanjian Bongaya, beserta semua anggota persekutuan itu, yang jatuh atas pemerintahan itu, hukum yang sama harus diberlakukan. Antara tanggal 8 Maret sampai 21 September 1824, GubJend. G.A.G.Ph. van der Capellen mengadakan lawatan ke Sulawesi dan Kepulauan Maluku; semua penguasa datang memberikan penghormatan (juga perwakilan Ratu Bone), kecuali penguasa Suppa dan Tanete. Van der Capellen berharap bahwa perundingan dengan negara-negara tersebut tidak akan membawa keuntungan apapun; sekembalinya ke Batavia, sebuah ekspedisi dipersiapkan dan sekitar 500 prajurit diberangkatkan dengan membawa 4 meriam, 2 howitzer, beserta 600 prajurit pembantu pribumi untuk menghukum Bone.
Sultan yang kini terguling lari ke pedalaman dan penduduk tetap melancarkan serangan atas Belanda namun masalah di Tanete cepat dibereskan dengan baik. Meskipun Suppa masih kuat; LetKol. Reeder melancarkan serangan bersama 240 prajurit yang dipersenjatai sejumlah moncong senjata; pada tanggal 14 Agustus serangan diperbaharui: orang Bugis membiarkan pasukan Belanda mendekat tanpa ancaman apapun hingga di kaki sebuah bukit dan barulah mereka melancarkan serangan; setelah kehilangan sepertiga pasukannya, Belanda harus mundur. De Stuers menyerbu bersama komisaris pemerintahan Tobias ke Suppa dan makin mendekat; pada pagi hari tanggal 30 Agustus, operasi itu berhasil diselesaikan, setelah tembakan meriam peringatan ke benting musuh, namun kekuatan yang dibawa De Stuers tak cukup kuat. Dengan korban tewas sebanyak 14 jiwa dan 60 korban luka-luka, pasukan Belanda harus kembali dan harus melancarkan ekspedisi lain.

EKSPEDISI II (1825-1905)

Perang Bone adalah operasi militer yang dilakukan Belanda atas Kesultanan Bone pada bulan Januari 1825, dan dilaksanakan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger.
Latar belakang
Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen baru meninggalkan Celebes (sekarang Sulawesi) setelah ekspedisi terdahulu atas Bone dilancarkan secara besar-besaran atas batas pemerintahan Hindia-Belanda, di mana pasukan Belanda menaklukkan Pangkajene dan Labakkang, menduduki Tanete dan mengembalikan penguasa terguling ke atas tahta. Dengan 25.000 orang, mereka mengendalikan wilayah subur antara Tanete-Maros dan juga menduduki Bantaeng dan Bulukumba di bagian selatan; May. Wachs menaklukkan mereka di dataran Maros dan mengalahkan telak orang Bone; di sisi lain benteng milik pemerintah Maros, Bantaeng dan Bulukumba tak cukup kuat untuk mengalahkan serangan berdarah tersebut dan seluruh Celebes terancam kalah.
Ekspedisi
Ekspedisi besar-besaran dilancarkan di bawah pimpinan MayJend. Jozef van Geen; di saat bersamaan ia diangkat sebagai Komisaris Pertama Urusan Celebes dan Tobias dan Van Schelle, pegawai negeri sipil, disertakan untuk membantunya. Pasukan ekspedisi itu terdiri atas 4.100 orang, di mana 2.200 adalah serdadu, 1.100 pasukan dari Sumenep dan 800 jiwa dari pasukan penolong dari sejumlah negeri di Celebes yang menjadi antek Belanda; armada tersebut dipimpin oleh Kapt. Pietersen dan terdiri atas 7 kapal perang, 3 perahu meriam dan perahu panjang bersenjata. Pada tanggal 20 Januari 1825, Van Geen menerima jabatan komando tinggi dan seminggu kemudian tibalah kapal Louisa bersama komandan dan staf dari Makassar. Teluk Bone dipelajari dengan baik dan pantainya dijelajahi; dengan letak seperti itu, taruna kelas I Jan Carel Josephus van Speijk menandainya; ekspedisi berlanjut ke Bantaeng dan Bulukumba dan semua benteng ditaklukkan; armada tersebut melanjutkan perjalanan ke Bone, di mana angkatan Bone telah berkumpul di Sinjai; sekarang serangan di sayap (dipimpin oleh May. Gey van Pittius) dilancarkan dan orang Bone dihalau, namun berkelompok di mana-mana dan menebar ancaman untuk memotong jalur pulang; barulah mereka dapat dihalau oleh panah api dari perahu-perahu yang dipimpin oleh Zoutman.

Pendaratan di pantai Bajoe, 27 Maret 1825
Pada tanggal 15 Maret, pendaratan diakhiri, kerja lapangan dilakukan di pesisir dan di sana berdiri 5.000 orang Bone yang siap menyerang pasukan tersebut. Van Geen hanya mengizinkan roket ditembakkan ke arah para penunggang kuda Bone agar menimbulkan kepanikan di antara mereka dan serangan dapat dilanjutkan. Musuh menarik diri ke daerah pegunungan, yang di situ berdiri 7.500 pasukan cadangan, dan serangan mendadak dengan kekuatan besar dilancarkan melalui garis tembak melintasi rawa dan diusir. Van Geen mengizinkan husar Resimen VII menyerang di sayap, sementara May. Gey van Pittius mencoba mengatur perhatian atas Bone, di mana musuh menarik diri di daerah pegunungan itu. Mangara Bombang ditaklukkan dan di hari berikutnya pusat kekuatan musuh di Sinjai Besar harus ditaklukkan namun saat itu musuh sudah tidak ada. Pada tanggal 22 Maret, pasukan tersebut naik kapal ke Bajoe dan Bone ditaklukkan.
Bajoe dipertahankan, sejam berlalu, di mana pasukan Bajoe mengundurkan diri dengan dikawal melalui kubu, bersandar menuju rawa tak tertembus itu dan di sana dilakukan pertahanan dengan senjata berat. Setelah datang, pasukan Belanda menyerbu Bajoe dan pasukan Bone dihalau dalam misi tersebut. Pada tanggal 30 Maret, pasukan Belanda mencapai kubu pertahanan Bone; kotanya sendiri sudah ditinggalkan oleh penduduknya; sang Ratu juga telah melarikan diri dan di sana Van Geen mengumandangkan proklamasi penguasaan kembali hingga perundingan diselenggarakan. Le Bron de Vexela memimpin pasukan dalam jumlah besar ke Makasaar untuk membantu kekuatan persenjataan Belanda. Pada tanggal 20 Juni, armada tersebut berlayar ke Suppa, yang mempersiapkan diri untuk menyerang dan sebuah pernyataan ditujukan pada sultan. Sultan Suppa menyerahkan diri, senjatanya dilucuti dan ini menandai berakhirnya perang tersebut.

sumber: http://sejarahbone.blogspot.com