Senin, 28 Januari 2013

Sejarah Perang Bone (1824-1905)

EKSPEDISI I  (1824)

Pasukan Belanda sedang menyerbu Bone.
Setelah jatuhnya Kesultanan Gowa, Kesultanan Bone menjadi yang terkuat di seantero Sulawesi; sejak awal telah merdeka dan menyebarkan pengaruh ke seluruh negeri di Sulawesi; Kesultanan Luwu dan sejumlah negara kecil lain bersekutu dengan Bone, begitupun Kesultanan Soppeng. Setelah peralihan kekuasaan dari Inggris ke Belanda, suasana masih tetap damai, namun setelah Sultan Bone meninggal pada tahun 1823, dan digantikan oleh saudarinya Aru Datu (bergelar I-Maneng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat ud-din), pemerintah kesultanan mencoba merevisi Perjanjian Bongaya, beserta semua anggota persekutuan itu, yang jatuh atas pemerintahan itu, hukum yang sama harus diberlakukan. Antara tanggal 8 Maret sampai 21 September 1824, GubJend. G.A.G.Ph. van der Capellen mengadakan lawatan ke Sulawesi dan Kepulauan Maluku; semua penguasa datang memberikan penghormatan (juga perwakilan Ratu Bone), kecuali penguasa Suppa dan Tanete. Van der Capellen berharap bahwa perundingan dengan negara-negara tersebut tidak akan membawa keuntungan apapun; sekembalinya ke Batavia, sebuah ekspedisi dipersiapkan dan sekitar 500 prajurit diberangkatkan dengan membawa 4 meriam, 2 howitzer, beserta 600 prajurit pembantu pribumi untuk menghukum Bone.
Sultan yang kini terguling lari ke pedalaman dan penduduk tetap melancarkan serangan atas Belanda namun masalah di Tanete cepat dibereskan dengan baik. Meskipun Suppa masih kuat; LetKol. Reeder melancarkan serangan bersama 240 prajurit yang dipersenjatai sejumlah moncong senjata; pada tanggal 14 Agustus serangan diperbaharui: orang Bugis membiarkan pasukan Belanda mendekat tanpa ancaman apapun hingga di kaki sebuah bukit dan barulah mereka melancarkan serangan; setelah kehilangan sepertiga pasukannya, Belanda harus mundur. De Stuers menyerbu bersama komisaris pemerintahan Tobias ke Suppa dan makin mendekat; pada pagi hari tanggal 30 Agustus, operasi itu berhasil diselesaikan, setelah tembakan meriam peringatan ke benting musuh, namun kekuatan yang dibawa De Stuers tak cukup kuat. Dengan korban tewas sebanyak 14 jiwa dan 60 korban luka-luka, pasukan Belanda harus kembali dan harus melancarkan ekspedisi lain.

EKSPEDISI II (1825-1905)

Perang Bone adalah operasi militer yang dilakukan Belanda atas Kesultanan Bone pada bulan Januari 1825, dan dilaksanakan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger.
Latar belakang
Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen baru meninggalkan Celebes (sekarang Sulawesi) setelah ekspedisi terdahulu atas Bone dilancarkan secara besar-besaran atas batas pemerintahan Hindia-Belanda, di mana pasukan Belanda menaklukkan Pangkajene dan Labakkang, menduduki Tanete dan mengembalikan penguasa terguling ke atas tahta. Dengan 25.000 orang, mereka mengendalikan wilayah subur antara Tanete-Maros dan juga menduduki Bantaeng dan Bulukumba di bagian selatan; May. Wachs menaklukkan mereka di dataran Maros dan mengalahkan telak orang Bone; di sisi lain benteng milik pemerintah Maros, Bantaeng dan Bulukumba tak cukup kuat untuk mengalahkan serangan berdarah tersebut dan seluruh Celebes terancam kalah.
Ekspedisi
Ekspedisi besar-besaran dilancarkan di bawah pimpinan MayJend. Jozef van Geen; di saat bersamaan ia diangkat sebagai Komisaris Pertama Urusan Celebes dan Tobias dan Van Schelle, pegawai negeri sipil, disertakan untuk membantunya. Pasukan ekspedisi itu terdiri atas 4.100 orang, di mana 2.200 adalah serdadu, 1.100 pasukan dari Sumenep dan 800 jiwa dari pasukan penolong dari sejumlah negeri di Celebes yang menjadi antek Belanda; armada tersebut dipimpin oleh Kapt. Pietersen dan terdiri atas 7 kapal perang, 3 perahu meriam dan perahu panjang bersenjata. Pada tanggal 20 Januari 1825, Van Geen menerima jabatan komando tinggi dan seminggu kemudian tibalah kapal Louisa bersama komandan dan staf dari Makassar. Teluk Bone dipelajari dengan baik dan pantainya dijelajahi; dengan letak seperti itu, taruna kelas I Jan Carel Josephus van Speijk menandainya; ekspedisi berlanjut ke Bantaeng dan Bulukumba dan semua benteng ditaklukkan; armada tersebut melanjutkan perjalanan ke Bone, di mana angkatan Bone telah berkumpul di Sinjai; sekarang serangan di sayap (dipimpin oleh May. Gey van Pittius) dilancarkan dan orang Bone dihalau, namun berkelompok di mana-mana dan menebar ancaman untuk memotong jalur pulang; barulah mereka dapat dihalau oleh panah api dari perahu-perahu yang dipimpin oleh Zoutman.

Pendaratan di pantai Bajoe, 27 Maret 1825
Pada tanggal 15 Maret, pendaratan diakhiri, kerja lapangan dilakukan di pesisir dan di sana berdiri 5.000 orang Bone yang siap menyerang pasukan tersebut. Van Geen hanya mengizinkan roket ditembakkan ke arah para penunggang kuda Bone agar menimbulkan kepanikan di antara mereka dan serangan dapat dilanjutkan. Musuh menarik diri ke daerah pegunungan, yang di situ berdiri 7.500 pasukan cadangan, dan serangan mendadak dengan kekuatan besar dilancarkan melalui garis tembak melintasi rawa dan diusir. Van Geen mengizinkan husar Resimen VII menyerang di sayap, sementara May. Gey van Pittius mencoba mengatur perhatian atas Bone, di mana musuh menarik diri di daerah pegunungan itu. Mangara Bombang ditaklukkan dan di hari berikutnya pusat kekuatan musuh di Sinjai Besar harus ditaklukkan namun saat itu musuh sudah tidak ada. Pada tanggal 22 Maret, pasukan tersebut naik kapal ke Bajoe dan Bone ditaklukkan.
Bajoe dipertahankan, sejam berlalu, di mana pasukan Bajoe mengundurkan diri dengan dikawal melalui kubu, bersandar menuju rawa tak tertembus itu dan di sana dilakukan pertahanan dengan senjata berat. Setelah datang, pasukan Belanda menyerbu Bajoe dan pasukan Bone dihalau dalam misi tersebut. Pada tanggal 30 Maret, pasukan Belanda mencapai kubu pertahanan Bone; kotanya sendiri sudah ditinggalkan oleh penduduknya; sang Ratu juga telah melarikan diri dan di sana Van Geen mengumandangkan proklamasi penguasaan kembali hingga perundingan diselenggarakan. Le Bron de Vexela memimpin pasukan dalam jumlah besar ke Makasaar untuk membantu kekuatan persenjataan Belanda. Pada tanggal 20 Juni, armada tersebut berlayar ke Suppa, yang mempersiapkan diri untuk menyerang dan sebuah pernyataan ditujukan pada sultan. Sultan Suppa menyerahkan diri, senjatanya dilucuti dan ini menandai berakhirnya perang tersebut.

sumber: http://sejarahbone.blogspot.com

Sabtu, 26 Januari 2013

Menara Phinisi UNM ikon Baru kota Makassar

Gedung baru Universitas Negeri Makassar diberi naman Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar (UNM). Gedung ini mengambil konsep Perahu Pimisi, perahu khas Bugis – Makassar yang sejak dahulu kala perahu pinisi ini tangguh dalam mengarungi samudra. Itulah sebabnya bangsa Bugis – Makassar Terkenal sebagai Pelaut ulung. Bangsa ini mempunyai semboyan “Takunjungan Bangung Turu’. Naku Gunciri Gulingku. Kualleanna Tallanga Natoalia” yang artinya “sekali layar terkembang, pantang biduk surut kepantai”.
Faktor kesejarahan leluluhur Bugis – Makassar yang mengilhami pembangunan gedung atau menara pinisi yang berlantai 17.


Gedung ini terletak di Kampus Universitas Negeri (UNM) Makassar, Jl Andi Pangerang Pettarani.  Menara Phinisi juga disebut gedung Tellu Cappa (tiga Puncak). Konsep dasar gedung ini didesain sebagai ikon baru bagi UNM, kota Makassar dan sekaligus Sulawesi Selatan.
Eksplorasi desain gedung ini mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai sumber inspirasi, yaitu makna Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan (Sulapa Eppa/empat persegi), dan maha karya perahu pinisi sebagai simbol kejayaan, kebanggaan, dan keagungan.
Konsep perencangan Menara Phinisi sendiri berasal dari sayembara untuk umum itu berlangsung 17 Nopember hingga 27 Desember 2008. Sedangkan, pengumuman pemenang dilakukan 13 Januari 2009.   Setelah melalui beberapa tahapan penilaian oleh dewan juri yang beranggotakan Prof Sofyan Salam MA PhD, Prof Dr Arismunandar MPd, Prof Dr Ananto Yudono MEng IAI, Ir Heru Winarno MT, dan Ir Muaz Yahya IAI, memutuskan desain Menara Pinisi karya Yu Sing dkk keluar sebagai juara I dan berhak membawa pulang hadiah Rp 40 juta. Desain Menara Phinisi karya Yu Sing dkk memperlihatkan gedung tinggi pertama di Indonesia dengan sistem fasade Hiperbolic Paraboloid. Bangunan ini sebagai perwujudan dari serangkaian makna, fungsi, dan aplikasi teknologi yang ditransformasikan ke dalam sosok arsitektur. Kemudian peringkat II dengan hadiah Rp 20 juta diraih Jimmy Purba dengan karya Laut Biru, sedangkan pemenang III adalah M Ridha dengan karya Jogker mendapatkan Rp 10 juta.

Gedung ini mulai dibangun tahun 2009 dan masih berlangsung hingga sekarang, dan pada tahun 2013 ini sudah rampung.
Berikut beberapa Foto dari menara Phinisi UNM Makassar:
Demikianlah pembangunan Menara Phinisi UNM Makassar sampai saat ini,tapi kalau bisa dibandingkan dari konsep kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), maka gambar perencanaan  Gedung Pusat Pelayanan Akademik Universitas Negeri Makassar seperti gambar di bawh ini.

Konsep Dasar
Gedung Pusat Pelayanan Akademik (GPPA) didesain sebagai  ikon baru bagi UNM, kota Makassar dan sekaligus Sulawesi Selatan (Sulsel). Eksplorasi desain gedung ini mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai sumber inspirasi, yaitu makna Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah hidup masyarakat Sulawesi Selatan (Sulapa Eppa/empat persegi), dan maha karya perahu pinisi sebagai simbol kejayaan, kebanggaan, dan keagungan. Serangkaian eksekusi bentuk dan detail-detail solusi desain yang bersumber pada kearifan lokal, dipercaya mampu membentuk lingkungan kampus masa kini yang berkelas internasional.

GPPA UNM menjadi gedung tinggi pertama di Indonesia dengan sistem fasade Hiperbolic Paraboloid, yang merupakan ekspresi futuristik dari aplikasi kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangunan ini sebagai perwujudan dari serangkaian makna, fungsi, dan aplikasi teknologi yang ditransformasikan ke dalam sosok arsitektur. Kekayaan makna tersebut akan meningkatkan nilai arsitektur GPPA UNM menjadi lebih dari sekedar sosok estetis, tetapi juga memiliki keagungan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Seperti pada rumah tradisional Makassar yang terdiri dari 3 bagian (kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga terdiri dari 3 bagian.
Pertama, bagian bawah berupa kolong/panggung. Bagian ini posisinya terletak sekitar 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih megah dari lingkungan sekitar. Lantai kolong ini didesain menyatu dengan lansekap yang didesain miring sampai ke pedestrian keliling lahan. Kedua, bagian badan berupa podium, terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3 bagian badan pada Rumah Tradisional Makassar (bagian depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang ritenggah, dan ruang belakang/Lontang rilaleng). Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan air. Ketiga, bagian kepala berupa menara, terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari layar perahu pinisi dan juga bermakna ganda sebagai simbol dari angin dan api.
Kaki
Bangunan kaki terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian landasan dan kolong. Bagian landasan merupakan 1 lantai semi besmen yang berfungsi sebagai area parkir dan servis. Bagian landasan ini didesain seolah-olah terletak di bawah lansekap yang ditinggikan sampai sekitar 2 meter, membentuk pagar alami sekeliling lahan. Seluruh lahan di sekeliling bangunan difungsikan sebagai hutan universitas. Di depan landasan bagian Barat terdapat danau buatan yang cukup luas berbentuk segitiga dengan kolam-kolam yang berundak mengalir ke arah kolam. Danau buatan ini berfungsi sebagai kolam penyaringan alami dari air hujan dan air kotor bekas pakai yang akan digunakan kembali sebagai sumber air bersih untuk penyiraman toilet dan taman.
Bagian kolong merupakan ruang terbuka di bawah podium sebagai ruang sosialisasi bersama. Ketinggiannya 1,5 kali ketinggian lantai lainnya untuk memberikan kesan luas dan lega. Di lantai ini terdapat fungsi kantin kampus yang sifatnya semi terbuka. Bagian landasan yang menghadap ke arah kampus eksisting didesain sebagai amphitheater dengan tangga-tangga sebagai tempat duduk di sepanjang sisi Timur bangunan.
Badan
Bangunan podium memiliki denah yang berbentuk trapesium dengan sisi miringnya menghadap ke jalan utama pada sisi Barat. Bangunan yang miring merupakan respon terhadap sudut lahan dan juga sebagai strategi untuk memperpanjang fasad bangunan serta sebagai kontrol visual dari luar bangunan. Orang di luar lahan akan selalu melihat bangunan secara perspektif untuk meningkatkan kualitas visual ruang kota.
Dalam proses desain, bangunan podium dibelah menjadi 4 bagian sesuai dengan simbol falsafah hidup masyarakat Sulsel yang terdiri dari empat persegi (makna 4 unsur/kesadaran manusia akan diberikan metafora ke dalam bagian bangunan yang lainnya).
Bangunan terbelah menjadi 4 bagian (yang terinspirasi dari deretan perahu pinisi di pinggir pantai) menciptakan lorong angin dan jalur masuk bagi cahaya matahari ke dalam seluruh ruang dalam podium. Tepat di tengah sumbu axis bagian belakang bangunan menara, terdapat void kosong berbentuk elips yang memotong bangunan podium. Di bagian paling bawah void berfungsi sebagai kolam air mancur yang selalu bergemericik dengan ramp yang mengelilingi void. Void kosong di bagian tengah merupakan metafora dari lingkaran berwarna terang di pusat logo UNM, yang dijelaskan sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Di puncaknya terdapat exhaust turbine untuk mengalirkan uap kolam sebagai elemen pendinginan suhu bangunan, merupakan yang metafora 3 layar segitiga yang menghadap ke arah void.
Bangunan podium juga merupakan metafora dari unsur tanah dan air. Dinding bangunan podium berupa kaca reflektor sinar matahari yang berwarna kecoklatan seperti warna tanah, dengan sirip-sirip penahan matahari yang terbuat dari stainless steel yang memantulkan cahaya seperti air. Sirip-sirip ini juga didesain sebagai bagian dari façade bangunan dengan pola ombak.
Kepala
Bangunan menara memiliki denah berbentuk trapesium simetris, dengan façade pada kedua sisi miringnya (sisi Utara dan Selatan) menggunakan sistem struktur hiperbolic paraboloid. Façade menara mengalami rotasi secara ritmik membentuk ekspresi bangunan yang dinamis. Dengan menggunakan sistem ini, façade menara merupakan metafora dari layar utama perahu pinisi.
Kanopi-kanopi horizontal pada façade sisi Utara dan Selatan ini dapat juga berfungsi sebagai photovoltaic untuk merubah energi matahari menjadi energi listrik. Pada façade sisi Barat dan Timur menara terdapat dinding ornamen 3 dimensi yang terbentuk dari rangkaian bidang-bidang segitiga, sebagai penahan matahari.
Bentuk bangunan menara menjadi semakin atraktif karena memiliki bentuk visual yang berlainan bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Pada puncak menara terdapat rangkaian pipa yang berirama yang dapat difungsikan juga sebagai menara telekomunikasi. Bangunan menara juga merupakan metafora dari unsur angin dan api. Façade layar mewakili unsur angin, sedangkan puncak menara merupakan penyederhanaan dari bentuk lidah api.
Hemat Energi
Panggung, lorong angin, kolam, danau buatan, taman atap (di atas podium), hutan universitas dan ventilasi silang bangunan merupakan serangkaian sistem yang bekerja untuk mendinginkan suhu di sekitar bangunan, serta memberikan kesejukan dan ketenangan.
Danau buatan berfungsi sebagai sistem penyaringan air kotor dan air hujan untuk digunakan kembali. Bangunan yang terbelah-belah memungkinkan cahaya alami dapat menerangi semua ruang dalam. Sirip-sirip secondary skin dan kaca reflektor matahari mengurangi radiasi panas matahari langsung.
Kanopi-kanopi photovoltaic (pada façade samping menara) dan kincir angin vertikal (pada taman atap podium) sebagai sumber energi listrik berkelanjutan. Saat ini sudah ada teknologi photovoltaic yang dapat langsung digunakan sebagai energi pendingin ruangan/AC tanpa melalui konversi menjadi energi listrik. Dengan demikian, tidak akan ada energi yang terbuang di dalam proses konversi energi.
Ramah Lingkungan
Lansekap GPPA UNM didesain seoptimal mungkin untuk mendukung proses belajar dan sosialisasi antar penghuni kampus yang nyaman. Seluruh lahan di sekeliling bangunan dimanfaatkan sebagai lansekap. Berbagai elemen lansekap yang utama adalah pertama, hutan kampus di sekeliling bangunan GPPA UNM. Hutan  dengan berbagai pohon peneduh, berfungsi sebagai  penyaring debu dan kebisingan suara dari jalan dan lingkungan sekitar, sumber penghasil oksigen dan penyerap polutan, pembentuk ekosistem baru bagi berbagai burung, kupu-kupu, atau serangga lainnya dan pagar pembatas alami antara jalan/orang luar dengan bangunan/ penghuni kampus.
Kedua, pemisahan antara jalur kendaraan dengan jalur pejalan kaki. Parkir dan drop off kendaraan diletakkan pada lantai semi besmen, jalan penghubung antara kampus eksisting dengan GPPA UNM dialihfungsikan menjadi jalur pedestrian dengan pohon-pohon peneduh di kiri-kanannya. Ketiga, danau buatan dan kolam elips. Danau buatan dan kolam elips di antara bangunan yang menimbulkan suara gemericik air sebagai elemen meditatif. Keempat, ruang terbuka bersama. Ruang di bawah podium sebagai ruang terbuka bersama yang dilengkapi dengan kantin kampus, berbagai tempat duduk, tempat belajar, dan fasilitas hot spot. Kelima, teater terbuka. Amphitheatre sebagai penghubung antara ruang terbuka bersama dengan kampus eksisting. Amphitheatre ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk melakukan berbagai pertunjukkan seni dan budaya atau acara informal lainnya. Keenam, taman atap. Taman di atas atap podium sebagai ruang meditasi dan sumber inspirasi, yang juga turut membantu mengurangi dampak pemanasan global dengan mengembalikannya sebagai ruang hijau.


SUMBER: http://buildingindonesia.biz
                   http://www.pustakasekolah.com

10 Cara Menyontek yang Sering Digunakan Mahasiswa/pelajar

Kebiasaan nyontek ternyata bukan hanya dilakukan oleh para pelajar, tapi anak kuliahan atau mahasiswa/mahasiswi pun kerap melakukannya. Dan yang membuat menakjubkan adalah tempat dimana para mahasiswi ini biasanya menaruh contekan mereka. Mahasiswa-mahasiswi cantik dengan dandanan feminin dan trendy ternyata menyimpan beragam contekan yang diselipkan di tubuh mereka. Bahkan ada yang lebih ekstrim lagi yaitu men-tatto contekan di bagian paha. Wadow..kira-kira dosennya marah ngga ya kalo pas liat yang beginian hi hi. sebelum menggunakan cara seperti itu, ternyata ada banyak cara yang sering dilakukan yaitu:

Wisata di Yellowstone Amerika Serikat

Yellowstone National Park adalah taman wisata yang berlokasi di barat laut Wyoming Amerika Serikat. Taman ini adalah taman nasional tertua di dunia. Luas wilayahnya 8.983 km ² yang dapat diklasifikasikan sebagai taman terbesar kedua di Amerika Serikat selain setelah Alaska. Foto-foto ini cukup menarik karena memuat berbagai macam keindahan yang terdapat di negara pama Sam tersebut.











































 
 
sumber: http://realifact.blogspot.com